Senin, 11 Maret 2013

Seni adalah Terapan Matematika

1

Oleh  DIAN RAHMADANI A.R.
(Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika/S1, FP MIPA, UPI)

MATEMATIKA dan seni adalah dua hal yang bisa dikatakan amat berbeda, Matematika menuntut pemikiran yang amat keras, sedangkan Seni hanya butuh perasaan yang tenang dan inspirasi untuk dapat merealisasikan karya yang masih abstrak dibenak penciptanya. Dari beberapa buku yang menjelaskan mengenai kecerdasan otak manusia,orang yang cerdas atau pintar dalam Matematika biasanya kurang dalam kemampuan Seni nya.  ini menimbulkan pendapat masyarakat umum bahwa Matematika dan Seni adalah dua hal yang sangat tak mungkin untuk disatukan. Namun nyatanya,  pada kehidupan sehari hari tak jarang orang yang berkecimpung dalam Seni, menggunakan Matematika untuk menyempurnakan karyanya. Begitu pula sebaliknya, seorang yang mempelajari matematika tentu juga mempunyai “seni” dalam memaknai setiap pembahasan matematika yang rumit dan formal. Ini menunjukkan bahwa matematika juga dekat dengan seni dan begitu sebaliknya.
Liang Gie (2004:81) menyatakan bahwa matematika telah tampil dalam pertumbuhan pemikiran manusia secara sangat beraneka ragam sebagai ilmu formal, ilmu tentang bilangan dan ruang, ilmu yang mempelajari kuantitas dan keluasan, menelaah hubungan bentuk, struktur, proses pemikiran yang bersifat abstrak, deduktif, simbolik dan masih banyak lagi penyebutan lainnya. Dalam keilmuannya, matematika bisa berdiri sendiri sebagai sebuah ilmu atau bisa juga menjadi ilmu pendukung dari berbagai cabang ilmu pengetahuan lainnya.
Dua pencirian tentang matematika membuatnya terlibat dengan persoalan keindahan pada karya seni. Pencirian pertama ialah perumusan sebagai “the science of magnitude or measurement of position” ( ilmu tentang keluasan atau pengukuran dan letak). Misalnya salah satu cabang matematika yang disebut geometri proyeksi memusatkan perhatian pada letak dari titik dan garis. Peran matematika dalam seni arsitektur dan lukis sudah sangat menonjol dari dahulu. Dalam seni lukis dikenal pula istilah pengetahuan perspektif yang pada masa sebelum renaissance ( abad 14 sampai 16) belum dikenal. Dengan mulai dimanfaatkannya konsep matematis oleh para pelukis sejak abad 14, maka lukisan menjadi tampak lebih hidup, relistis dan indah. Dalam perkembangan selanjutnya, seni arsitektur juga banyak menggunakan peran matematika dalam menciptakan keindahan gambar itu sendiri maupun hasil konstruksinya.
Pencirian kedua yang dikemukakan oleh ahli matematika W.W.Sawyer (1957:12) adalah “ mathematics is classification and study of allpossible pattern. Pattern is here usedin a waythat not everybody may agree with. It is to be understood in a very wide sense, to cover almost any kind of regularity that can be recognizedby the mind” ( matematika adalah penggolongan dan penelaahan tentang semua pola yang mungkin. Pola disini dipakai dalam suatu cara yang tidak setiap orang dapat menyetujuinya. Ini dipahami dalam suatu makna yang luas, mencakup hampir setiap jenis keteraturan yang dapat dikenali oleh pikiran). Berbagai perwujudan dalam alam mempunyai suatu pola atau keteraturan.  Pola pola yang sama seringkali terkandung dalam beraneka benda atau keadaan yang tampaknya berbeda-beda. Tetapi, sekali pola alamiah yang sama itu diketahui dan dipahami oleh ahli matematika, dapat diwujudkan menjadi pola dalam matematika. Pola-pola yang terbentuk di alam (fraktal, fibbonaci dan lain sebagainya) merupakan pola yang ada di alam tetapi kemudian bisa dikembangkan menjadi karya seni yang lebih menarik. Batik, crop circle dan bahkan seni videopun sekarang banyak yang menggunakan pola fraktal sebagai sumber idenya.
Matematika dapat dipandang sebagai seni dengan semua simbol simbolnya yang bermakna. Suatu simbol dalam Matematika tidak pernah tidak memiliki makna, saat suatu simbol tidak ditulis atau digambar secara sempurna, maka makna dari simbol itu pun akan berbeda. Contohnya ˅ yang dalam Matematika berarti “atau” saat seseorang tidak sempurna menuliskannya maka akan terbaca seperti V, inilah salah satu seni dalam Matematika.
Matematika dapat dipandang sebagai seni dengan ketelitiannya. Saat seseorang membuat sebuah bangunan dan bergantung pada perhitungan Matematika untuk menentukan ukuran sebenarnya dengan skala berdasar pada gambar bangunan, ketelitian sangat dibutuhkan, bayangkan saja jika perhitungan ukuran tiap bidang salah, akan bagaimana bentuk bangunan itu. Namun saat perhitungannya akurat maka akan tercipta sebuah bangunan yang indah dan simetris. Begitu pula saat seseorang menjawab soal matematika, jika dari step pengerjaan awal ia teliti dalam perhitungannya, maka hasil akhirnya akan berujung pada jawaban, namun jika ia tidak teliti pada salah satu step, maka hasil akhirnya tidak akan tepat dengan jawaban. Bahkan tak jarang ketidaktelitian itu membuat seseorang mencoret coret pekerjaannya sendiri dengan niat memperbaiki jawaban. dan ini tidak akan menghasilkan suatu pekerjaan yang indah.
Sebaliknya seni juga dapat dipandang sebagai matematika. Banyak seni lukis, kerajinan tangan, model video dan cabang seni lainnya yang memanfaatkat matematika. Contohnya seperti lukisan berikut ini:
2
lukisan-lukisan tersebut adalah lukisan yang dibuat berdasar pada seni di matematika, salah satunya yaitu keteraturan. Lukisan pertama adalah seni lukis octogons dari segitiga, lukisan berikutnya menggunakan keteraturan warna yang hasilnya menyerupai angka 8, dan lukisan terakhir dibuat sedemikian rupa hingga membentuk lukisan  yang seperti nyata/timbul.
Dengan berdasar pada pendapat Charles Saunder Peirce ( 1839-1940) yang menyebutkan bahwa “every science has a mathematical part, a branch of work that the mathematician  is called to do” dan fakta penerapan lukisan yang ada, dapatlah kiranya dikatakan bahwa setiap seni juga mempunyai suatu segi matematis yang dapat memanfaatkan bantuan dan pengetahuan matematika, dengan kata lain seni bisa dianggap sebagai penerapan matematika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari Budayakan Berkomentar yang Baik, Sopan, dan Ramah, Sesuai Budaya Indonesia.

WENDA ALIFULLOH Produksi 2021