Mengubah Paradigma Negatif Tentang Matematika
Oleh RETNO DWI PUTRI
(Mahasiswi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI)
Tidak dapat dipungkiri, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dihindari bahkan dibenci oleh kebanyakan siswa. Banyak siswa yang memberikan reaksi negatif saat mendengar kata matematika. Matematika dianggap sebagai pelajaran rumit dengan ratusan rumus dan logika yang membingungkan, sehingga tidak jarang nilai pun banyak yang jeblok pada mata pelajaran yang satu ini. Didasari dengan ketakutan ini akhirnya banyak siswa yang mengeneralisasikan bahwa semua materi matematika itu sulit. Sehingga, paradigma negatif bahwa matematika itu membosankan, sulit dipahami, dan tidak menarik tertanam kuat pada diri siswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Djaali dalam Surdika (1998:2) menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika di sekolah menengah sama dengan sekolah dasar yaitu relatif rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain, yang disebabkan oleh rendahnya minat belajar siswa.
Sebenarnya, banyak faktor yang membuat matematika memiliki citra negatif dimata siswa, diantaranya:
- Faktor matematika itu sendiri
- Guru
- Faktor siswa itu sendiri
Paradigma seperti ini yang harus bisa diubah. Perlu terobosan baru untuk menjadikan matematika itu menyenangkan bagi siswa. Agar matematika terkesan menyenangkan dan tidak monoton perlu adanya beberapa alternatif untuk menunjang hal tersebut.
Menurut beberapa ahli matematika bukanlah ilmu yang terlepas dari masalah kehidupan sehari-hari. Matematika berguna untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan yang berhubungan dengan perhitungan. Perkembangan teknologi saat ini pun tidak lepas dari perkembangan matematika.
Matematika adalah mata pelajaran yang harus dipelajari mulai dari sekolah dasar agar siswa mampu mengembangkan kemampuannya dalam berpikir logis, analisis, kreatif, sistematis, kritis dan juga bekerja sama.
Karena itu, dibutuhkan beberapa upaya agar dapat mengubah pandangan negatif siswa tentang matematika. Antara lain:
- Memberikan informasi pengetahuan kepada peserta didik tentang kegunaan matematika secara keseluruhan dalam kehidupan sehari-hari di semua bidang.
- Memberikan informasi kepada peserta didik tentang fungsi materi matematika yang akan dipelajarai dalam penyelesaian masalah kehidupan sehari-hari.
- Memberikan materi pelajaran matematika dengan menyenangkan, hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan sedikit cerita tentang sejarah ditemukannya materi tersebut sebelum dimulainya pelajaran.
- Dalam penyampaian materi sebelum mengenalkan rumus-rumus, terlebih dahulu memberikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi/rumus yang akan disampaikan.
- Jika materi yang akan disampaikan menurut ukuran peserta didik termasuk materi yang sulit, maka memberikan materi dan persoalan dengan cara dimulai dari hal yang mudah.
- Memberikan materi dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami peserta didik (tidak bergantung pada bahasa matematika).
- Untuk segera mengevaluasi standar kompetensi pelajaran matematika yang tertuang di dalam standar isi.
- Menyesuaikan standar kompetensi pelajaran matematika dengan usia perkembangan peserta didik.
- Menyederhanakan materi pelajaran matematika, namun lebih memperdalam kompetensi pelajaran matematika.
Jadi, para pejuang matematika apakah akan terus membiarkan paradigma negatif ini berlanjut?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari Budayakan Berkomentar yang Baik, Sopan, dan Ramah, Sesuai Budaya Indonesia.