Oleh RAHMI MUHIDIN
(Mahasiswa Pendidikan Matematika 2012, FP MIPA UPI)
SEIRING berkembangnya zaman, semakin banyak penyakit-penyakit aneh yang muncul. Perbedaan faktor internal (berupa kekuatan imun) maupun eksternal (makanan dan lingkungan) zaman sekarang dengan zaman terdahulu menjadi faktor adanya penyakit baru tersebut. Berbagai pengobatan telah dilakukan penderita agar menjadi sehat kembali, baik melalui dokter sehingga diberikan obat-obatan kimia atau meracik obat-obatan sendiri berdasarkan resep nenek moyang yang biasa disebut obat herbal atau obat tradisional.
Kebanyakan dari mereka meyakini jika obat-obatan kimia lebih ampuh dalam melawan penyakit karena beberapa dokter di Indonesia yang ahli dalam bidang obat-obatan kimia kurang memiliki pengetahuan tentang obat-obatan herbal yang cara pengobatannya lebih sehat, aman dan alami. Sehingga, sugesti masyarakat terhadap pengobatan kimia adalah cara yang lebih baik dan lebih ampuh dalam menyembuhankan penyakit daripada pengobatan herbal atau tradisional. Namun, apakah masyarakat sadar bahwa penggunaan obat kimia memiliki efek samping yang berbahaya jika dikonsumsi berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama.
Berikut beberapa kelebihan dan banyaknya kekurangan obat-obatan kimia:
- Lebih ampuh dalam meredakan rasa sakit karena hanya meredakan gejalanya saja tidak menyembuhkan penyakit. Menurut Dr. Amarullah H. Siregar obat-obatan kimia lebih banyak bertujuan untuk mengobati gejala penyakitnya, tetapi tidak menyembuhkan sumbernya. Intinya, obat kimia hanya mampu memperbaiki beberapa sistem tubuh,
- bereaksi lebih cepat daripada obat herbal,
- mudah didapatkan di warung, rumah sakit, atau apotek tanpa harus meracik sendiri. Namun, biayanya relatif lebih mahal karena adanya biaya penelitian dan sebagainya,
- memiliki efek samping yang berbahaya jika dikonsumsi dalam waktu lama dan dalam jumlah yang berlebihan,
- sifatnya agak spekulatif, artinya jika obatnya tepat maka penyakit bisa tersembuhkan, namun jika obat yang diminum tidak tepat atau tidak cocok dengan tubuh kita, maka obat tersebut akan berbalik menjadi racun bagi tubuh manusia,
- hanya efektif untuk penanggulangan penyakit yang membutuhkan pertolongan secepatnya seperti diare, sakit kepala, asma, dan lain-lain tetapi relatif kurang efektif untuk penyakit kronis.
- Khasiatnya tidak bisa langsung dirasakan serta membutuhkan waktu sedikit lama untuk merasakan khasiatnya,
- membutuhkan bahan-bahan yang mudah produksi dan harus diracik terlebih dahulu,
- sifatnya rekonstruktif karena berusaha membangun kembali sel atau jaringan dalam tubuh yang rusak oleh penyakit. Tidak hanya meredakan gejala penyakit, namun dapat juga membantu tubuh kita dalam proses pemulihan diri dengan asupan nutrisi dan zat-zat yang berguna,
- tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya jika dikonsumsi dalam waktu lama asal ramuannya benar dan tidak asal-asalan,
- dapat dibeli dengan harga ekonomis karena tidak disertai biaya penelitian seperti halnya pada obat kimia,
- mengandung banyak khasiat.
Sebagian orang ingin mendapatkan hal yang terbaik dari keduanya sehingga banyak yang mengonsumsi obat sintesis (kimia) dikombinasi dengan herbal. Ini perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan interaksi herbal dan obat. Ketika herbal dan obat digunakan bersama-sama, mereka dapat berinteraksi di dalam tubuh, menyebabkan perubahan dalam cara kerja keduanya yang dapat bermanfaat atau berbahaya bagi tubuh. Seperti meningkatkan efek samping obat yang dapat menyebabkan keracunan, mengurangi efek terapi obat yang dapat menyebabkan kegagalan pengobatan dan overdosis, dan memodifikasi kerja obat yang dapat menyebabkan komplikasi yang tak terduga.
Interaksi herbal dengan obat dapat dibagi menjadi 2 kategori umum, yaitu: interaksi farmakokinetik (penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat) dan interaksi farmakodinamik (efek farmakologi gabungan dari obat).
- Interaksi farmakokinetik melibatkan perubahan dalam cara herbal dan obat beredar melalui tubuh manusia dan dapat mengubah jumlah atau kadar obat dalam tubuh tersebut. Jika interaksi meningkatkan kadar obat, seseorang mungkin mengalami efek samping dan/ atau keracunan. Jika interaksi menurunkan kadar obat, seseorang kurang mendapatkan efeknya, mungkin menyebabkan kegagalan pengobatan dan/ atau resistensi obat.
- Interaksi farmakodinamik mengacu pada tindakan gabungan herbal dan obat . Ketika diambil pada saat yang sama, herbal dan obat dapat bekerja bersama-sama (sinergis) atau berlawanan (antagonistis). Misalnya, secara terpisah mereka memiliki efek samping yang sama, sehingga ketika diambil bersama-sama menyebabkan efek samping meningkat.
terima kasih artikelnya, sangat bermanfaat.
BalasHapuswww.kiostiket.com
sama-sama.. :) aamiin.
Hapus