Apabila teman-teman menginginkan File ini, silahkan koment dan tinggalkan e-mail. karena blog ini diseting untuk tidak bisa di Copy-Paste, terimakasih.
Oleh : Wenda Alifulloh
Sudah
saatnya dijaman Global seperti saat ini, kemahiran berbicara seseorang menjadi
salah satu aspek yang layak dinilai dalam menentukan kualitas seorang individu.
Sebab kemampuan berbicara dengan baik, lancar dan tepat guna sangat dibutuhkan
dalam beragam aspek dipelbagai keadaan, misalnya dalam bekerja, dalam
mempromosikan sesuatu, dalam memperdebatkan sesuatu, dan dalam berargumen.
Karena
didorong oleh hal inilah, pelajaran mengenai Bagaimana Berbicara didepan umum
atau yang lebih sering disebut “Public Speaking” menjadi salah satu Materi
dalam kursus-kursus kelembagaan. Bahkan dalam dunia pendidikan pun terkadang
guru menyelipkan beberapa tips untuk menaklukan rasa takut dan tidaak nyaman
saat berbicara didepan khalayak, meskipun khalayak itu adalah orang-orang yang
sudah terbiasa berinteraksi dengan kita sehari-hari. misalnya dalam
pembelajaran materi ‘Pidato’ dikelas, acap kali seorang guru memberikan
motivasi kepada para muridnya untuk percaya diri dalam membawakan pidatonya
didepan kelas. Namun pada saat pelaksanaan banyak dari siswa yang tetap
merasakan ketakutan dan rasa tidak nyamannya sehingga membawa kepada kekurang
optimalan dalam membawakan pidato tersebut, meskipun hanya didepan kelas. Jika
sudah demikian sang guru langsung bertindak dengan memberikan tips kepada
muridnya mengenai cara menghilangkan rasa takut dan tidak nyaman saat
berhadapan dengan audiens atau khalayak saat berbicara atau tampil. Dalam
kesempatan ini, penulisa akan mengangkat beberapa konsep yang cenderung
memperburuk hasil Public speaking siswa.
Hal
yang tak jarang dikatakan guru adalah,”kalau bisa kalian sudah tahu isi teks
pidato kalian, atau bahkan menghafalkannya”. Alhasil sang murid yang penuh ketakutan
akan kegagalannya dalam membawakan pidatonya pun, mati-matian berusaha untuk
menghafalkan teks pidato mereka. Imbasnya saat mereka menampilkan pidatonya
didepan kelas-pun menjadi pidato yang lancar nyaris tanpa jeda kesalahan teks.
Namun coba kita lihat lebih jeli mengenai pembawaan siswa saat berpidato,
mereka cenderung datar, tanpa ada intonasi dan tekanan sebagaimana seharusnya
sebuah pidato dibawakan. Sehingga khalayak yang mendengarkan-pun sulit memahami
dan menangkap makna dari apa yang dibawakan siswa tersebut. Karena hal itulah
tips Menghafal yang diucapkan guru pun tidak berhasil menolong pidato siswa
menjadi lebih baik dan mengesankan.
Tips
selanjutnya yang tak kalah sering diberikan saat seseorang sedang merasa takut
atau gelisah ketika akan melakukan interaksi dengan khalayak adalah, “anggap
penonton atau audiens adalah patung, sehingga kita tidak perlu takut dan santai
saja. Karena kita berbicara dengan patung”, ini adalah tips yang amat salah dan
sama seklai tidak akan menjadikan sebuah Public speaking menjadi optimal, sebab
dengan melakukan hal ini maka siswa akan melakukan public speaking dengan wajah anteng tanpa ekspresi dan interaksi
yang merupakan hal wajib dalam berbicara didepan publik, jika sudah demikian
maka siswa si pembicara akan berbicara dengan raut seolah tidak ada manusia
dihadapnnya, sehingga ia hanya seperti
sedang mendongen pada batu, akibatnya khalayak akan cenderung bosan dan merasa
aneh dengan pembawaan siswa pembicara. Sebab dalam berbicara didepan umum
Menganggap audiens benar-benar hidup dan aktif akan membawa kita semakin hidup
dalam berbicara, sehingga suasana menjadi jauh lebih baik. Dan psikis pembicara
ketika suasana berhasil bersahabat akan semakin tenang dan lancar dalam
berbicara. Karena hal itulah jangan mencoba sekali-kali berbicara datar tanpa
interaksi minimal (interaksi statis) yang kita lakukan dengan alasan itu adalah
sebuah tips yang diberikan mentor/guru kepada kita.
Demikian
dua tips yang sering kali justeru sama sekali tidak menambah keoptimalan
seseorang dalam berbicara didepan public, semoga kita menjadi pribadi yang
mampu membawa suasana dengan baik, sehingga public akan hidup saat kita
berinteraksi dengan mereka melalui pembicaraan yang kita lakukan. (wenda.alifulloh_fpmipa_UPI).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari Budayakan Berkomentar yang Baik, Sopan, dan Ramah, Sesuai Budaya Indonesia.