Rabu, 03 April 2013

Matematika, Seperti Neraka?

Oleh AGUNG YUSUF SAFEI
(Mahasiswa UPI 2012, Jurusan Pendidikan Matematika, FPMIPA)
PERNAHKAH Anda mendengar atau bicara langsung bahwa matematika itu neraka? Lalu saya tanya balik kepada Anda “Memang Anda pernah lihat neraka?” Tak sedikit kalangan manusia di dunia ini yang tidak suka atau bahkan sangat membenci matematika, dengan bermiliar alasan orang berpendapat bahwa dia bukan ahli dalam bidang matematika, merasa pusing saat mendengarnya saja, atau bahkan terkena alergi ketika mengerajakan soalnya. Hal seperti itu sangat sulit untuk dimengerti, karena secara tidak langsung setiap hari kita menyelesaikan persoalan matematika. Contohnya saja ketika Anda menagih hutang pulsa kepada teman Anda yang telat bayar seminggu, lalu Anda menaikkan harga pulsa sebesar 20% dari harga asal Rp 51.000 menjadi Rp61.200. Saya yakin ketika Anda melakukan hal itu Anda suka, ahli dalam bidangnya, tidak pusing saat melakukannya, dan tidak akan terkena alergi pastinya.
Sebenarnya, jauh dalam penjuru jiwa banyak orang sudah terdapat kilauan benih ilmu matematika, namun sikap orang – orang saja yang hanya menjadikan ilmu tersebut benih bukan menjadikannya pohon yang berbuah manis dan dapat dimakan oleh siapa saja. Terkadang orang sadar akan hal itu, tapi tetap saja tidak merubah rasa semangat untuk mengubahnya menjadi pohon yang berbuah manis.
Lantas kenapa seperti itu? Hanya karena matematika itu lebih sulit daripada pelajaran yang lain? Banyak bab matematika kurang berguna dalam kehidupan sehari – hari? Atau pun yang lainnya? Semua itu terpikirkan karena banyak orang terlalu berpikir negatif terhadap matematika, banyak pengaruh dari luar yang mengajak orang – orang berpikir bahwa matematika itu rumit, susah, ataupun mengartikan bahwa MATEMATIKA itu kependekan dari MAkin TEkun MAkin TIdak KAruan. Sedikit berpikir positif terhadap matematika dan kritis terhadap pikiran dapat membuat kita bisa sadar akan hal itu. Kenapa matematika itu sulit? Kenapa banyak bab yang kurang berguna dalam kehidupa sehari – hari? Kenapa rumit? Kenapa susah? Dan kenapa MATEMATIKA itu kependekan dari MAkin TEkun MAkin TIdak KAruan?Itu semua karena kita kurang menyukai matematika. Jika kita menyukai matematika, pastinya tidak akan ada pertanyaan ke dalam diri kita hal seperti itu, atau bahkan kita akan merubah kepanjangan MATEMATIKA menjadi MAkin TEkun MAkin TIdak KAbur. Sehingga kita akan terus termotivasi dalam mengartikan semua hal tentang matematika, walaupun memang matematika itu membuat kita pusing, kita tidak akan kabur karena kita menyukainya dan berpikir positif bahwa pusing adalah akibat dari kita berpikir.
Selain itu juga, cara mengajar guru kepada siswa sangatlah berpengaruh. Masih banyak cara pengajaran yang kurang baik yang membuat siswa jenuh akan matematika. Seperti halnya menghapal rumus terlalu banyak, penekanan pada kecepatan berhitung, pengajaran otoriter, kurangnya variasi belajar matematika, ataupun yang lainnya. Oleh karena itu, semua guru matematika harus berusaha memberikan penjelasan fungsi bab matematika dalam kehidupan sehari – hari , motivasi, juga pengaplikasian cara belajar. Contohnya ketika memberi pilihan mana yang salah atau yang benar dalam penjumlahan. Pernyataan pertama bisa dibuat “satu pisang ditambah satu duren sama dengan satu pisang dan satu duren” dan pernyataan kedua “satu orang pria dewasa ditambah satu orang wanita dewasa sama dengan tiga orang”. Hal ini akan lebih bisa dimengerti siswa dan pastinya dengan pengaplikasian soal sesuai usia anak didik.
Tak tersadar atau bahkan sudah membudaya bahwa biasanya orang yang pintar matematika akan dicap sebagai orang pintar meskipun orang itu tak pandai dalam pelajaran yang lain. Hal itu terjadi karena matematika adalah pelajaran yang tak banyak orang suka. Sehingga orang – orang menganggap orang itu menguasai hal yang menakjubkan, padahal pada nyatanya matematika adalah hal yang mudah.
Carl Friedrich Gauss. Seorang pakar matematika, fisika, dan astronomi itu mengatakan “matematika sebagai ratunya ilmu pengetahuan”. Bagaimana tidak, fisika dan astronomi saja berawal dari hitungan matematika yang sederhana kemudian pengaplikasian yang luar biasa sehingga tercipta lah pelajaran lain yang berawal dari matematika. Bahkan, secara tidak sadar bisa saja segala sesuatu di dunia berawal dan bisa digambarkan oleh matematika, meskipun sangat sulit dibuktikan secara langsung.
Jadi, mengapa harus berpikir matematika itu seperti neraka? Matematikalah yang membuat hidup ini mudah, matematikalah yang menjadi salah satu faktor hidup ini indah, matematikalah yang membawa kemajuan teknologi, juga matematikalah yang menjadi dasar pengetahuan. Tak terpikirkah bagaimana seandainya bila matematika tidak diciptakan? Takkan ada teknologi kemajuan, termasuk alat untuk kita membaca artikel ini. Maka, bersyukurlah akan adanya matematika, jangan menjauhinya ataupun tidak menyukainya, pelajarilah matematika maka kita akan tenggelam akan indahnya matematika, karena sebenarnya matematika selalu ada di sekitar kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari Budayakan Berkomentar yang Baik, Sopan, dan Ramah, Sesuai Budaya Indonesia.

WENDA ALIFULLOH Produksi 2021